Doamu Tak
Kunjung Terkabul? Mungkin Ini Penyebabnya
Saudaraku,
semoga Allah menyayangi diriku dan juga dirimu…. Melakukan kesalahan dalam
berdoa bisa menjadi salah satu penyebab sehingga doa tak kunjung terkabul.
Mengenali berbagai kesalahan dalam berdoa merupakan salah satu bentuk ikhtiar
agar Allah berkenan mengabulkan doa kita.
Saudariku,
semoga Allah memberi ilmu yang bermanfaat kepada diriku dan juga dirimu….
Tahukah engkau apa saja kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam berdoa?
1.
Menyepelekan kekhusyukan dan perendahan diri di hadapan Allah ketika berdoa.
Allah ta’ala
berfirman,
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah
kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (Q.S.
Al-A’raf:55)
Allah ta’ala
juga berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا
رَغَباً وَرَهَباً وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya,
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) segala
kebaikan, dan mereka berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas.
Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.” (Q.S. Al-Anbiya’:90)
Seseorang
yang berdoa seharusnya bersikap khusyuk, merendahkan diri di hadapan Allah,
tawadhu’, dan menghadirkan hatinya. Kesemua ini merupakan adab-adab dalam
berdoa. Seseorang yang berdoa juga selayaknya memendam keinginan mendalam agar
permohonannya dikabulkan, dan dia hendaknya tak henti-henti meminta kepada
Allah. Seyogianya, dia selalu ingin menyempurnakan doanya dan memperbagus
kalimat doanya, agar doa tersebut terangkat menuju Al-Bari (Dzat yang
Maha Mengadakan segala sesuatu), dan itu dilakukannya hingga Allah mengabulkan
doa itu.
Imam Ahmad
meriwayatkan sebuah hadits, yang sanadnya dinilai hasan oleh
Al-Mundziri, dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma, bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian
berdoa kepada Allah maka berdoalah kepada-Nya dengan penuh keyakinan bahwa doa
tersebut akan dikabulkan. Sesungguhnya, Allah tidaklah mengabulkan doa seorang
hamba, yang dipanjatkan dari hati yang lalai.”
2. Putus
asa, merasa doanya tidak akan terkabul, serta tergesa-gesa ingin doanya segera
terwujud.
Sikap-sikap
semacam ini merupakan penghalang terkabulnya doa. Berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa salam bersabda,
يستجاب لأحدكم ما لم يعجل يقول دعوت فلم يستجب لي
“Doa yang
dipanjatkan seseorang di antara kalian akan dikabulkan selama dia tidak
tergesa-gesa. Dirinya berkata, ‘Aku telah berdoa namun tidak juga
terkabul.’”
Telah
diketengahkan, bahwa seseorang yang berdoa sepatutnya yakin bahwa doanya akan
dikabulkan, karena dia telah memohon kepada Dzat yang Paling Dermawan dan
Paling Mudah Memberi.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
”Dan
Rabbmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.”
(Q.S.
Al-Mu’min:60)
Barang siapa
yang belum dikabulkan doanya, jangan sampai lalai dari dua hal:
- Mungkin ada penghalang yang menghambat terkabulnya doa tersebut, seperti: memutus hubungan kekerabatan, bersikap lalim dalam berdoa, atau mengonsumsi makanan yang haram. Secara umum, seluruh perkara ini menjadi penghalang terkabulnya doa.
- Boleh jadi, pengabulan doanya ditangguhkan, atau dia dipalingkan dari keburukan yang semisal dengan isi doanya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu,
أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ” ما من مسلم يدعو بدعوة
ليس فيها إثم ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث : إما أن يعجل له دعوته
وإما أن يدخرها له في الآخرة وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها ” قالوا : إذن نكثر
قال : ” الله أكثر “
Bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang
muslim memanjatkan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak pula pemutusan
hubungan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya salah satu di antara tiga
hal: doanya segera dikabulkan, akan disimpan baginya di akhirat, atau dirinya
akan dijauhkan dari keburukan yang senilai dengan permohonan yang dipintanya.”
Para shahabat berkata, “Kalau begitu, kami akan banyak berdoa.” Rasulullah
menanggapi, “Allah lebih banyak (untuk mengabulkan doa kalian).”
(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid; hadits ini
berderajat sahih dengan adanya beberapa hadits penguat dari jalur
‘Ubadah bin Shamit yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim, serta dari
jalur Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan selainnya.)
3. Berdoa
dengan kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta bertawasul
dengannya.
Tindakan ini
merupakan salah satu bentuk bid’ah dan bentuk kelaliman dalam berdoa. Dasarnya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan cara berdoa semacam
itu kepada seorang shahabat pun. Ini membuktikan bahwa berdoa dengan
menggunakan kedudukan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
bertawasul dengan para pemilik kedudukan adalah amalan bid’ah, serta merupakan
sebuah cara ibadah baru yang dikarang-karang tanpa dalil. Demikian juga
dengan segala bentuk sarana yang berlebih-lebihan (ghuluw) yang
menyebabkan doa terhalang untuk terkabul.
Adapun
riwayat,
اسألوا بجاهي فإن جاهي عند الله عظيم
“Bertawasullah
dengan kedudukanku! Sesungguhnya, kedudukan sangat mulia di sisi Allah,”
maka riwayat
ini merupakan sebuah kedustaan besar atas nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, tidak sahih disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
4. Bersikap
lalim dalam berdoa, misalnya: doa yang isinya perbuatan dosa atau pemutusan
hubungan kekerabatan.
Sebagaimana
tiga perkara yang disebutkan, perkara keempat ini juga menjadi salah satu
penghalang terkabulnya doa seorang hamba. Sungguh, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah bersabda,
سيكون قوم يعتدون في الدعاء
“Akan
muncul sekelompok orang yang lalim dalam berdoa.” (H.R. Ahmad, Abu Daud,
dan yang lainnya; hadits hasan sahih)
Allah ta’ala
berfirman,
ادْعُواْ رَبَّكُمْ تَضَرُّعاً وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah
kepada Rabbmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.” (Q.S.
Al-A’raf:55)
Contoh sikap
lalim: berdoa agar bisa melakukan dosa, agar bencana ditimpakan, atau supaya
hubungan kekerabatan terputus. Sebagaimana hadits riwayat At-Tirmidzi dan
selainnya dari Ubadah bin Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ما على الارض مسلم يدعو الله بدعوة إلا آتاه الله إياها
، أو صرف عنه من السوء مثلها ، ما لم يدع بإثم أو قطيعة رحم
“Di muka
bumi ini, tidak ada seorang muslim pun yang memanjatkan doa kepada Allah
melainkan Allah pasti akan memberi hal yang dipintanya atau Allah akan
memalingkannya dari keburukan yang senilai dengan isi doanya, sepanjang dia
tidak memohon doa yang mengandung dosa atau pemutusan hubungan kekerabatan.”
(H.r. Turmudzi dan Ahmad; dinilai sebagai hadits hasan-shahih oleh
Al-Albani)
Saudariku,
bersabarlah dalam menanti terkabulnya doa, perbanyak amalan saleh yang bisa
menjadi sebab terwujudnya doa, dan jauhi segala kesalahan yang bisa menyebabkan
doa tidak kunjung terkabul. Semoga Allah merahmati kita ….
Kita
pungkasi tulisan ini dengan memohon kepada Allah, agar Dia tidak menolak doa
kita.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ
وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ
لَهَا
“Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat,
dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, juga dari doa
yang tidak terkabul.”
(H.R.
Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i; hadits sahih)
Maraji’ (referensi):
- Al-Minzhar fi Bayani Katsirin min Al-Akhtha’ Asy-Syai’ah, karya Syekh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syekh, terbitan Jami’ah Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyyah, tahun 1413 H.
- Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, karya Syekh Al-Albani, Maktabah Asy-Syamilah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar